Kab. Bandung, REVOLUSI.co.id- Dengan adanya berbagai pungutan di SMPN 1 Majalaya Kecamatan Majalaya, membuat orang tua siswa bertanya – tanya bahkan ada yang merasa kecewa dengan adanya berbagai pungutan itu.
Pungutan yang kini masih berlangsung di SMPN 1 Majalaya salah satunya Iuran wajib harian, Infak, Ulangan umum dan Iuran seni dan budaya. Iuran iuran ini lah yang dirasakan berat bagi orang tua siswa, karena, menurut orang tua siswa, bahwa iuran ini akan memangkas uang jajan anak -anak nya.
Seperti yang diungkapkan oleh orang tua siswa SMPN 1 Ibun, saat dihubungi Selasa (14/04), mengatakan,” memang untuk iran wajib kecil hanya Rp. 2000,- dan infak harian juga, namun bila dihitung sebulan 20 hari saja berapa dikalikan 12 bulan dalam setahun,” Jelasnya.
“Selain itu juga siswa harus bayar ulangan umum, dan iuran seni dan budaya, yang dirasakan wajib. Bayangkan saja walau pun ada beberapa iuran yang wajib dan yang tidak wajib tapi namanya anak – anak kan malu bila tidak membayar iuran. Contoh anak saya uang bekal buat jajan disekolah, antara jajan dan iuran lebih besar dibayar iuran, maklum saya orang tua siswa yang tak punya,” jelasnya.
Namun Kepala SMPN 1 Majalaya mengakui dengan adanya pungutan itu,” Saya akui pungutan itu ada, iuran wajib dan infaq adalah untuk perbaikan masjid dan pemindahan masjid sekolah, dan itu adalah warisan dari Kepala SMP yang dulu sebelum saya, sedangkan untuk ulangan umum, saya pun sudah mengamanatkan kepada para guru untuk menggunakan aplikasi online yang disediakan oleh sekolah,” Jelasnya.
“Sedangkan untuk iuran seni dan budaya itu dikembalikan lagi kepada siswa, salah satu nya pagelaran seni lukis seni tari, dan mengikuti lomba, semua itu biayanya diambil dari iuran itu, sedangkan dalam pengelolaannya semuanya dikelola oleh siswa,” Ungkap Kepala SMPN 1 Majalaya.
“Saya pun berusaha untuk menghentikan segala sesuatu nya namun kan semua itu keinginan para guru, salah satu contoh buku ramadhan tanpa sepengetahuan saya tiba – tiba koperasi pesan buku ramadhan untuk siswa, dan sama saya dihentikan karena para guru tinggal buka aplikasi online dan ambil materinya begitu juga alam ulangan umum, jadi tidak memberatkan orang tua siswa,” Terang Kep. SMPN 1 Majalaya.
“Untuk perpindahan masjid sekolah dari belakang sekolah kedepan, alhamdulilah saya pun turut menyumbang dan keluarga saya pun menyumbang, agar semuanya terlaksana. Saya akui semua karena semua itu warisan sudah berlangsung bertahun – tahun dan saya pun merasa bingung juga untuk menghentikan iuran itu,” Ungkap Kepala SMPN 1 Majalaya.
Memang sangat tidak ironis bila disaat siswa disuruh untuk iuran dan infaq untuk pemindahan masjid dan pemeliharaan mesjid, namun disisi lain guru – guru tidak mau turut menyumbang atau iuran untuk pemeliharaan masjid dan pemindahan masjid, Seandainya guru – guru SMPN 1 Majalaya dalam setiap bulannya menyisihkan Rp. 100.000,- per bulan mungkin semua itu akan tercapai dengan singkat.
Kalau masih mengandalkan iuran dari siswa, seharusnya sekolah memikirkan kondisi orang tua nya dan seharusnya sekolah membuat aturan tentang pungutan, jangan seolah – olah pungutan ini liar karena tanpa ada aturan yang buat oleh sekolah. ( REDAKSI ).